Aku bekerja sebagai tenaga marketing kartu kredit sebuah bank. Tentunya sebagai tenaga marketing aku mendapat target untuk memperoleh aplikasi kartu kredit baru ataupun kartu tambahan. Aku berburu calon pemegang kartu kredit dari kantor ke kantor. Suatu pagi aku hunting di salah satu office building di bilangan Slipi. Dah beberapa hari aku survei disitu dan kemaren ketika makan siang di kantinnya, aku ketemu pak … (nama gak perlu lah ya) yang mengaku sebagai salah satu top management di satu perusahaan konsultan pelatihan. Karyawannya gak banyak, tapi karena ketika itu ada bonus film BBC tentang binatang purba, si bapak mau menerima aku keesokan harinya. Pagi2 sekali aku dah nunggu di ruang tamu perusahaan tersebut. Si bapak belon dateng, kata salah seorang karyawannya. Mereka mananyakan kepentinganku bertemu si bapak. Aku menjelaskan bahwa aku menawarkan kartu kredit dengan bonus video tentang dinosaurus kalo aplikasi disetujui. Ketika itu video tentang kehidupan binatang purba sedang digemari sehingga semua karyawan (gak banyak sih, total karyawannya cuma 35 orang termasuk driver dan messenger) yang ketika itu mendengarkan penjelasanku menyatakan minatnya untuk mengisi form aplikasi permohonan kartu kredit tersebut.
Ketika si bapak masuk ke ruang, mereka segera menyatakan keinginannya untuk mengajukan aplikasi. Tanpa susah payah, si bapak meng ok kan saja permohonan para karyawan. Hari itu aku mendapat 25an aplikasi, satu jumlah yang besar sekali dari satu company kecil. Si bapak menerbitkan surat keterangan penghasilan bagi semua karyawan yang mengajukan aplikasi. aku menunggu sembari ngobrol ma si bapak di ruang kerjanya. “Wah target bulanan tercapai dong Nes”, katanya. “Ya berkat bantuan Bapak lah, kalo enggak gak akan semudah ini Ines mendapatkan aplikasi sebanyak ini”. “Aku dapet bonus dong Nes”. “Boleh pak, asal jangan minta rupiah ja bonusnya”, aku menjawab sembari mengedipkan mataku ke si bapak. Si bapak ganteng juga, usia 40an, badannya atletis. “Ya udah, nanti kita omongin kalo dah bubaran kantor aja ya, kita ketemu enaknya dimana”. “terserah bapak, Ines ngikut aja”. “Gimana kalo kita ketemu aja di foodcourt mal yang deket Nes”. “Boleh pak, jam brapa?” “Ya sekitar waktu magrib lah ya”. “Oke pak, sampe nanti, trima kasih banyak ya pak”. Aku segera memasukkan semua form aplikasi yang sudah diisi dengan baik, ditandatangani dan dilampiri dengan surat keterangan gaji perusahaan. Karena dapet lumayan banyak, aku kembali ke kantor untuk segera memprosesnya. Teman2ku heran aja kok aku bisa dapate segitu banyak aplikasi kartu kredit baru dimasa seperti sekarang, yang orang dah banyak yang punya kartu kredit. Aku senyum2 saja.
Saat bubaran kantor, aku segera menuju
ke mal yang dijanjikan. Dia sudah menunggu aku di depan salah satu
counter. Baeknya tempatnya eye catching sehingga aku dengan mudah bisa
mengenali si bapak. Dia tampak santai sore itu, dasi sudah dilepas dan
tangan panjangnya digulung, macho sekali kliatannya, cuma matanya agak
jelalatan memandangi tubuhku. Tadi pagi aku mengenakan pantalon dan
blazer, sorenya blazernya kulepas sehingga kemontokan toketku tampak
dengan jelas. matanya memandang ke arahku dari ujung rambut ke ujung
kaki. Pandangannya fokus ke arah toketku. Aku mengerti apa yang
diinginkannya. belahan toketku mengintip dari balik tank topku yang
belahan dadanya rendah. Dia menyilakannya duduk, dan aku duduk
didepannya. Sengaja aku mengatur pose sehingga aku duduk bersandar pada
tanganku yang kuletakkan dimeja. Dengan pose duduk seperti itu, maka
belahan toketku makin nampak dengan jelas. “Mo makan apa Nes, biar aku
pesenin”. Karena aku masi terdiam, dia melanjutkan, “Don’t worry, aku
yang traktir”. “Wah makasi deh pak, kita browsing aja”. “Jangan, nanti
tempatnya diisi orang, lewat magrib gini biasanya suka penuh ma yang mo
makan malem. Panggil aku mas aja yah, dipanggil bapak terus jadi rasanya
dah tua”. “Ya deh mas”, jawabku. Dia kemudian menyebutkan beberapa
makanan yang tersedia di foodcourt, aku memilih satu. Segera dia
menghilang untuk memesan makanan untukku dan untuk dia sendiri. Cukup
lama dia menghilang, kembalinya membawa 2 botol teh dengan gelas berisi
es. “Aku beliin teh aja ya, ato kamu mo soft drink”. “Biasanya sih air
putih aja pak eh mas”. “Irit amat sih, cukup gak teh dingin”. “Cukup
banget mas”. Dia menghilang lagi untuk mengambil pesanan makananku. Dia
kembali membawa pesananku kemudian dia pergi lagi mengambil pesanannya.
Sambil makan dia mengajakku ngobrol. Selama makan, kelihatan sekali dia
melahapku dengan pandangannya yang penuh napsu. Aku tidak terlalu
memperdulikan hal itu, karena sering lelaki memandangi tubuhku dengan
mata lapar seperti itu, ada kebanggaan juga pada diriku bahwa ternyata
aku menarik perhatian lelaki lain.
Setelah makan, “Kita mo kemana lagi neh, masak gini ari pulang. Nonton
aja yuk”. Aku mengiyakan ajakannya. “suka nonton Nes”. “Jarang mas”.
Filmnya tentang dunia yang ampir kiamat yang menghebohkan itu. Di
bioskop, dia mulai mengelus2 tanganku. “Nes, tanganmu halus ya, gak
pernah dipake kerja ya”, bisiknya. Aku diam saja, menikmati elusan
tangannya. Dia makin berani, tanganku digenggamnya. “Mas, lagi nonton
aja Ines digandeng2, kalo lagi jalan tadi malah gak digandeng”, guyonku
berbisik. “Ooh, mau toh digandeng”, jawabnya berbisik juga. Seusai
nonton, hujan deras, gak masalah karena dia bawa mobil. Aku diantarnya
pulang. Sesampai dirumah, dengan menggunakan payung aku membuka pager
rumahku dan dia memasukkan mobilnya kr halaman rumahku. “Mas, duduk dulu
ya, Ines mo mandi dulu, apa mo mandi sekalian?” pancingku. Dia diem
aja, tersenyum. “Kamu tinggal ma sapa disini Nes”. “Ma temen2, ngontrak
ramean, tapi mreka pada pulang kampung semuanya, jadi Ines sendirian
deh. Mas mo nemeni Ines?” pancingku. Dia kembali tersenyum. “Ines mandi
dulu ya mas”, kataku sambil masuk kamar mandi. Selesai mandi, aku
mengenakan kimono dari bahan handuk. Akupun keluar dari kamar mandi. Dia
terpana memandangku, kimono itu pendek hanya 15 cm di atas lutut. Paha
dan betis menjadi terlihat, tersingkap ketika aku melangkah. Kimononya
melekat erat di badanku, sehingga pantatku yang besar, pinggangku yang
ramping dan toketku yang membusung tercetak dengan jelas. “Mas, hujannya
deras banget, nyetirnya bahaya gak, kalo gak nunggu ja sampe reda ya
mas, sekalian nemenin Ines”.
Dia duduk disofa nonton tv. Aku menyediakan minuman hangat dan duduk disebelahnya. Karena posisi dudukku, kimono yang aku pakai agak terbuka dan menyembulkan belahan toketku. “Nes, kamu cantik dan seksi sekali”, katanya. Aku hanya tersenyum saja mendengarnya. Setelah itu kami ngobrol saja sambil nonton tv. dia mulai mengelus pahaku yang terbuka, disingkapkannya kimono yang kupakai. Napsuku mulai bangkit. Tangannya kubiarkan mengelus makin ke atas dan berhenti di pangkal pahaku, kimono yang kupakai makin tersingkap, aku sengaja merengangkan pahaku sehingga dia dapat melihat CD minimku yang tipis, jembutku yang lebat menyeruak di kiri dan kanan CD serta sedikit dibagian atas CD ku. “jembut kamu lebat ya Nes, napsu kamu pasti besar ya. Aku suka ngentot dengan cewek yang jembutnya lebat”, katanya dengan napas memburu. “Kenapa begitu mas?” tanyaku. “Kalo cewek jembutnya lebat, minta nambah terus kalo dientot, binal dan gak puas2″, jawabnya. “Itu bukan binal mas, tapi menikmati”, jawabku. “itu sudah tau, kok tadi nanya”. Aku hanya tersenyum saja.
Jarinya mulai mengelus pangkal pahaku dan daerah memekku. Aku menggeliat, geli. Dia bangkit dari duduknya dan berlutut didepanku. Pahaku diciuminya bergantian, sambil diremas2nya. Paha kubuka makin lebar sehingga dia makin mudah mengakses daerah memekku. Dia makin beringas, tali kimonoku diurainyanya dan kimonoku dilepasnya. “Wow, Nes, kamu merangsang sekali”, katanya sambil memandangi tubuhku yang hanya berbalut bra dan CD. “Kita teruskan diranjang yuk”, aku ditariknya bangun dan digandengnya ke kamarku.
Aku merebahkan diri di ranjang, kimono sudah kulepaskan. Dia langsung memelukku. Diciuminya toketku sambil diremas2nya. Karena terhalang bra, tak lama braku sudah terlepas. Dia semakin semangat, diciumnya toketku. Pentilnya diemutnya, digencet dengan gigi dan lidahnya. Makin lama makin kuat emutannya dan makin luas daerah toketku yang diemutnya. Napsuku sudah berkobar2 tapi kubiarkan saja dia terus menggumuli toketku. Dia membenamkan wajahnya di belahan toketku, kemudian bergerak kebawah pelan2 mengarah ke perutku. Puserku dijilatinya. Rasanya geli2 nikmat, napsuku makin berkobar saja. Dia memeluk pinggulku dengan gemas, kecupannya terus turun ke arah CD ku, dia menjilati jembut yang keluar dari samping CDku, kemudian diciumnya daerah memekku dengan kuat. CD ku sudah basah karena napsu yang terus berkobar. “Kamu udah napsu ya Nes, CD kamu sudah basah begini”, katanya sambil tersenyum. Dia nampak senang bisa merangsang napsuku sehingga aku tampak pasrah saja dengan tindakannya.
Dia bangkit dan melepaskan semua yang melekat dibadannya. kontolnya sudah ngaceng dengan keras, lumayan besar dan panjang. Dia menjepitkan kontolnya di belahan toketku, dan digerakkannya maju mundur. Aku membantu dengan mengepitkan kedua toketku menjepit kontolnya. Lama2 gerakan maju mundurnya makin cepat, dia merem melek keenakan, “baru dijepit toket aja udah nikmat Nes, apalagi kalo dijepit memek kamu ya”. Napasku juga sudah memburu, selama ini aku menahan saja napsuku dan membiarkan dia menggeluti sekujur tubuhku. “Nes, enak banget deh”, katanya tersengal2. Kemudian dia berhenti, kontolnya digesek2kan di toketku sambil terus meremas2nya. Gesekan kontolnya terus kearah perut, sesekali digesekkan ke lubang pusarku. Geli2 enak rasanya.
Akhirnya, selesai juga permainan babak pertama, dia melepas CDku. jembutku yang lebat menutupi sekitar memekku. Dia mengangkangkan pahaku makin lebar. jembutku tersingkap dan nampaklah memekku yang sudah basah sekali. Dia menggenggam kontolnya dan digesek2kan ke jembutku, kemudian diarahkan ke memekku. Terasa ada benda tumpul yang keras dan besar menyeruak diantara bibir memekku. “Mas, gede banget kontolmu, masukin semua mas, Ines udah pengen dientot”, rengekku. Dia menggetarkan kontolnya sambil dimasukkan sedikit demi sedikit ke memekku. Sekarang kepalanya sudah terjepit di memekku. Aku menjadi belingsatan karena lambatnya proses memasukkan kontolnya, padahal aku udah pengen dienjot keluar masuk dengan keras. “Ayo dong mas, masukin semua, enjot mas, Ines udah gak tahan nih”, kembali aku merengek minta dienjot. Dia hanya tersenyum saja. Pelan tapi pasti kontolnya ambles ke dalam memekku, sudah masuk separo. Terasa sekali kontol besarnya mengganjal memekku. Aku menggerakkan otot memekku meremas2 kontolnya biar dia gak tahan dan segera menancapkan kontolnya semuanya ke dalam memekku. Strategiku berhasil, dia segera menghunjamkan kontolnya sehingga masuk semuanya. “Duh mas, nikmatnya, kontol mas udah gede panjang lagi, masukknya dalem banget. memek Ines sampe sesek rasanya”, kataku. “Tapi enakkan”, jawabnya. “Enak banget mas, sekarang dienjot yang keras mas, biar tambah nikmat”, kataku lagi. Masih dengan pelan2 dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk. Sewaktu keluar, yang tersisa di memekku hanya tinggal kepalanya saja, kemudian dienjotkan kedalam sekaligus sehingga nancap di bagian memekku yang paling dalam. “Enak mas, kalo dinjot seperti itu, yang cepat mas”, rengekku lagi sambil terus mengejang2kan otot memekku. Dia pun menjadi belingsatan karena remasan otot memekku sehingga enjotannya menjadi makin cepat dan makin keras. “Gitu mas, aduh enak banget deh mas, terus mas, terasa banget gesekan kontol mas ke memek Ines, nancepnya dalem banget lagi, terus mas, yang cepat”, kataku terengah2 keenakan. Dia mempercepat enjotan kontolnya, caranya masih sama, kalo ditarik tinggal kepalanya saja dan terus dienjotkan kembali kedalam dengan keras. Lihai sekali cara ngenjotnya, itu membuat aku menjadi liar, pantatku menggelinjang saking nikmatnya dan aku terus merintih kenikmatan sampai akhirnya aku tidak dapat menahan lebih lama, “Mas, Ines nyampe mas”, jeritku. Dia masih bertahan juga dengan terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan caranya tadi. Nikmat sekali rasanya.
Sampe akhirnya, dia menarik kontolnya keluar dari memekku. Kembali dia bergeser dan menjepitkan kontolnya yang berlumuran dengan lendir dari memekku di toketku. Aku menjepit kontolnya dengan toketku dan dia menggerakkan maju mundur.Karena panjangnya, ketika dia mendorong kontolnya maju, kepalanya menyelip kedalam mulutku, kuemut sebentar sebelum dia memundurkan kontolnya lagi, berulang2. “Nes, nikmat banget, aku mau ngecret dimulutmu ya Nes”, katanya sambil terus memaju mundurkan kontolnya. “Kenapa gak dingecretin di memekku aja mas, aku lagi gak subur kok”, jawabku. “Nanti ronde kedua”, jawabnya sambil dengan cepet memaju mundurkan kontolnya. toketku makin keras kujepitkan di kontolnya. Akhirnya dia mendorong kantolnya masuk ke mulutku, segera kuemut dengan keras. “Nes, aku ngecret Nes”, teriaknya sambil mengecretkan pejunya kedalam mulutku. Aku segera menggenggam kontolnya dengan tanganku, kukocok pelan sambil terus mengemut kepalanya. pejunya nyemprot beberapa kali sampe habis, banyak banget ngecretnya sampe meleleh keluar dari mulutku. Kutelan pejunya tanpa merasa jijik. “Aduh Nes, nikmat banget ya ngentot sama kamu. Kamu nikmat kan”, katanya terengah”. “Nikmat mas, Ines mau lagi dientot”, jawabku lemes.Setelah nafsunya menurun, kontolnya melemas. “Mas, lemes aja kontolnya udah gede, gak heran kalo ngaceng jadi gede banget”, kataku. “Tapi kamu suka kan”, jawabnya. “Suka banget mas. Ines suka kalo dientot kontol yang besar panjang seperti punya mas”. Dia memelukku dan mencium pipiku. “Kita istirahat dulu ya Nes, kalo udah seger kita ngentot lagi”, karena lemes abis dientot akupun tertidur
Gak tau berapa lama aku tertidur, aku terbangun karena dia memelukku. Bibirku segera dilumatnya dengan penuh napsu. Aku meladenin ciumannya dengan penuh napsu juga, napsuku sudah mulai bangkit dicium dengan liar seperti itu. Dia makin erat memelukku, tangan kirinya meremas pinggangku. Kemudian ciumannya beralih ke leherku. “Geli mas”, kataku sambil menengadahkan kepalaku sehingga dia makin leluasa menciumi leherku. Tangan kanannya mulai meremas toketku dan memlintir pentilku. Pentilku sudah menegang dengan keras, napsuku makin memuncak. Puas dengan leherku, dia turun lagi ke belahan toketku, ke 2 toketku diremas2nya. Dia menciumi belahan toketku, kemudian ciumannya merembet ke pentilku dan diemutnya dengan gemas, sementara tangannya masih terus meremas2 toketku.
“Geli mas”, erangku keenakan. Emutannya makin keras, dan remasannya juga makin kuat. Pentil yang satu diplintir dengan jempol dan telunjuknya. “Mas, geli”, rengekku lagi. Tapi dia tidak memperdulikanku, terus saja dengan remasan dan plintiran. Napsuku sudah memuncak,aku menggeliat2 keenakan, memekku sudah basah dengan sendirinya. Aku tidak mau kalah. kontolnya kuremas. Sudah ngaceng, keras sekali. “Mas gedenya, pantes kalo sudah masuk memek Ines jadi sesek banget rasanya”, kataku sambil meremas2 kontolnya. “Mas, terusin yuk”, ajakku. “Udah napsu ya Nes”, jawabnya. Aku dipeluknya sambil menciumi leherku dan telingaku sampai aku menggelinjang kegelian, toketku kembali diremas2nya.
Jempol dan telunjuknya memlintir2 pentilku yang sudah mengeras karena napsu sambil menciumi leherku lagi. Aku menjadi menggeliat2 kegelian. Ciumannya kemudian pindah ke bibirku, dilumatnya bibirku dengan penuh napsu. Aku menyambut ciumannya dengan tak kalah napsunya. Aku ditindihnya, ciuman kembali keleherku, kontolnya yang keras menggesek2 pahaku. Puas dengan leher, dia kembali menyerang toketku. Dia menciumi belahan toketku dan kemudian mengemut pentilku. Terasa pentilku dikulum2 dan dimainkan dengan lidahnya. “Mas, geli”, kataku melenguh, tapi dia tidak perduli. Dia terus saja mengulum pentilku yang mengeras sambil meremas toketku. Dia melakukannya bergantian antar toket kiri dan kanan sementara kontolnya terus saja menggesek2 pahaku, tanpa terasa aku mengangkangkan pahaku.
Dia kembali menciumi leherku dan mengarahkan kepala kontolnya ke memekku. Diputar2kannya kepala kontolnya dijembutku yang lebat. Aku sudah gak tahan, segera kuraih kontolnya sambil mengangkangkan pahaku lebih lebar lagi. “Mas, gedenya, keras banget”, kataku mengarahkan kepala kontolnya ke memekku. Diapun menggetarkan kontolnya sehingga kepalanya mulai menyelinap masuk ke memekku. Kepalanya sudah terbenam didalam memekku. Terasa kontolnya yang besar mulai mengisi memekku pelan2, nikmat banget rasanya. “Terus masukin mas, enak banget deh”, erangku keenakan. Tapi dia menghentikan gerakan kontolnya, hanya digerakkan pelan2, sehingga hanya kepalanya saja yang menancap. “Mas terusin dong, masukin semuanya mas biar sesek memek Ines, ayo dong mas”, protesku. Tapi dia tetep melakukan hal yang sama sambil menciumi ketekku. “Geli, mas, ayo dong dimasukin semua kontolnya mas”, rengekku terus. Tiba2 dia menghentakkan kontolnya dengan keras sehingga kontolnya meluncur kedalam memekku, amblas semuanya. “Akh, mas” erangku kaget. Dia diam sesaat, membiarkan kontolnya yang besar dan panjang itu menancap semuanya di memekku. Kemudian mulailah enjotan nikmatnya, mula2 perlahan, makin lama makin cepat kontolnya keluar masuk memekku. “Enak Nes”, tanyanya sambil terus mengenjot memekku. “Enak banget mas, kontol mas kan besar, panjang dan keras banget. memek Ines sesek rasanya keisi kontol mas. Gesekannya terasa banget di memek Ines. Mau deh Ines dientot tiap malem”, jawabku. “Bener nih”, katanya dengan penuh semangat mengenjotkan kontolnya keluar masuk.
Kemudian dia merubah posisinya tanpa mencabut kontolnya dari memekku. Kaki diangkat satu keatas dan dia merebahkan dirinya miring. Enjotan kontolnya terus dilakukan, dengan posisi itu rasanya kontolnya masuk lebih dalem lagi dan gesekannya lebih hebat lagi ke memekku. Gaya seperti ini pernah aku lihat di film bokep. Dia terus mengenjotkan kontolnya, sementara kedua toketku diremas2nya bergantian. Pentilku juga diplintir2 perlahan. Nikmat banget rasanya dientot seperti itu, “enak mas”, erangku. Enjotannya makin lama makin cepet dan keras. “terus mas, enak banget”, erangku untuk kesekian kalinya. “Mas nikmat gak?” tanyaku. “Enak banget Nes, empotan memekmu kerasa sekali, kontolku serasa diremes dan diisep, lebih nikmat dari emutan mulutmu”, jawabnya sambil terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk. “Terus mas, lebih keras mas, Ines hampir nyampe”, erangku lagi. Dia terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk, makin cepat. Aku merintih2 keenakan, akhirnya aku tidak bisa menahan lebih lama, “Mas, Ines nyampe, akh”, terasa memekku berkedut2 meremas kontolnya yang masih keras sekali itu. Tubuhku mengejang. Dia menghentikan enjotannya dan menurunkan kakiku. Aku terbaring mengangkang dengan kontolnya yang masih menancap di memekku, dia kembali ke posisi semula, menelungkup diatasku. “Mas, lemes banget deh”, lenguhku. “Tapi enak kan”, jawabnya. “Enak banget mas, terusin aja mas, kan mas belum ngecret”, jawabku terengah2. “Mas, hebat banget deh ngentotnya, belum pernah Ines dientot dengan gaya seperti tadi, enak banget mas”, kataku lagi.
Dia kembali mendekapku dan kontolnya mulai dienjotkan lagi keluar masuk memekku, perlahan. Aku mulai mengedut2kan otot memekku meremas kontolnya yang sedang bergerak keluar masuk memekku. Dia melumat bibirku, satu tangannya meremas2 toketku sedang tangan satunya lagi menyangga badannya. Pentilku juga diplintir2nya, napsuku mulai bangkit lagi. “Enak mas, terus yang kenceng ngenjotnya mas”, erangku. Sambil terus melumat bibirku, enjotan kontolnya dipercepat. Dia menyelipkan kedua tangannya kepunggungku. Aku pun memeluk dan mngusap2 punggungnya yang basah karena keringat. kontolnya makin cepat dienjotkan. Setiap kali masuk kontolnya dienjotkan dengan keras sehingga nancep dalem sekali di memekku, makin lama makin cepet. “Nes, memekmu enak banget, empotan memekmu kenceng banget Nes”, erangnya. “Mas, terus mas, hebat banget deh mas ini, Ines sudah mau nyampe lagi, yang cepet mas”, akhirnya kembali aku mengejang sambil melenguh “Mas, Ines nyampe, mas…” Dia terus saja mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cepat sampe akhirnya diapun mengejang sambil menancapkan kontolnya sedalam2nya di memekku, “Nes, aku ngecret”, bersamaan dengan itu terasa pejunya nyemprot dengan dahsyatnya dalam memekku. Nikmat banget rasanya walaupun sekarang lebih lemes katimbang tadi. Beberapa saat kami terdiam, saling berpelukan menikmati permainan yang baru usai. Dia menciumi leherku, dan aku mengusap2 punggungnya. Nikmat banget ngentot dengan dia. Kemudian dia mencabut kontolnya yang sudah mengecil dari memekku, kontolnya berlumuran peju dan cairan memekku. “Nes, tidur yuk”, katanya sambil berbaring disebelahku, tak lama kemudian terdengar dengkurnya. Akupun terlelap lagi. Lemes, cape tapi nikmat banget, aku udah nyampe 3 kali dalam 2 permainan. Padahal aku pengennya dientot 4 kali, gak tau deh kesampaian atau tidak.
Semaleman kita berdua tertidur, aku terbangun ketika hari sudah mulai remang2 terang. Aku segera ke kamar mandi. Mandi dan membersihkan diri. Keluar dari kamar mandi aku masih bertelanjang bulat sambil mengeringkan badanku dengan handuk. Aku masuk ke kamar, lampu kamar sudah menyala tapi dia tidak kelihatan. Tiba2 dari belakang dia memelukku, rupanya ketika tau aku masuk dia bersembunyi dibelakang pintu. “Ngapain mandi Nes, kan masih mau satu ronde lagi”, dia mencium leherku sambil meremas2 kedua toketku dengan napsu. kontolnya yang sudah mengeras digeser2kannya ke pantatku. Aku menggelinjang kegelian, dia terus saja menciumi leherku. Kemudian ciumannya bergeser kebawah, kepunggungku sampai akhirnya ke bongkahan pantatku. Aku hanya mendesah2 ketika dia menyapu bongkahan pantatku dengan lidahnya. Pahaku direnggangkannya dan terasa lidahnya menyapu memekku dari belakang. “Mas, nikmat banget”, kataku sambil menunggingkan pantatku kebelakang. “Jilat terus mas, jilatin semuanya”, kataku terengah. Dia membuka belahan pantatku dan menyapu lobang pantatku sampe ke memkku. Dia menjilati memekku yang sudah basah kuyup saking napsunya. Nikmat banget digeluti pagi2 seperti ini. Aku sempat menjerit kecil ketika dia mencolok memekku dengan lidahnya. Gak cuma kontolnya yang nikmat, lidahnya juga bisa bikin aku keenakan. Kemudian dia berdiri lagi, ciumannya kembali bergeser keatas, kepunggungku. Kedua tangannya meremas2 toketku dari belakang, beberapa kali aku tersentak nikmat ketika ke2 pentilku diplintir2 dengan jarinya. Tanganku menjalar kebelakang, meremas kontolnya yang sudah keras sekali dan mengurutnya dari atas kebawah. Aku dibalikkannya sehingga berhadapan dengan dia, toketku mulai dijilatinya dan pentilnya diisap2nya bergantian. Napsuku makin memuncak ketika dia menyodok2 memekku dengan telunjuknya. Aku berdiri mengangkang, “enak mas”, erangku.
Permainan dihentikannya, dia duduk diranjang dengan kaki agak mengangkang, aku segera berlutut diantara kedua kakinya. kontolnya berdiri tegak dan keras sekali sehingga tampak urat2nya menonjol. Segera aku menggenggam kontolnya dan dengan ganas aku ciumin kontol itu. Terdengar dia sedikit mengerang sembari merebahkan tubuhnya ke atas ranjang. Akupun segera beraksi. Kujilati kontolnya itu dari pangkal sampai kekepala. Lalu kuisap, kukulum dalam mulut sementara tangan kiriku mengelus-elus biji pelirnya terasa beberapa kali tubuhnya tersentak karena nikmat. Lalu kujilati biji pelirnya. Terdengar, “Aaahhkk”, dia mengerang kenikmatan, mendengar itu aku tambah gairah. Terus ku jilati biji pelirnya. Sementara tangan kananku mengurut-urut kontolnya. Semakin lama aku semakin lost kontrol. Dengan kedua tanganku ku angkat kedua pahanya sehingga kedua lututnya hampir menyentuh dadanya. Dengan posisi demikian aku leluasa menjilati kontolnya. Dari ujung kepala sampai ke sekitar biji pelirnya. Lalu aku menjilat semakin kebawah. Kebawah. Dan akhirnya ujung lidahku menyentuh pantatnya yang berbulu itu. Segeralidah ku menari-nari dipantatnya. Terasa sekali tubuhnya beberapa kali bergetar. “Aakkkh…Oougghh”, erangnya. Mendengar itu aku tambah bernapsu. Kucolok-colok lobang pantatnya dengan ujung lidahku. Semakin dalam ku julurkan lidahku ke dalam lobang pantatnya. Semakin bergetar tubuhnya, terasa beberapa kali kontolnya yang ku kocok berdenyut-denyut. Rupanya dia sudah tidak tahan.
Lalu ia memegang tanganku dan membimbing ku naik ke atas ranjang. Aku disuruh menungging diatas ranjang. Rupanya dia menginginkan doggy style. Sebelum mencobloskan kontolnya, dia sekali lagi memperhatikan bentuk memek ku dari belakang, aku pun menanti penuh harap. Dan akhirnya terasa kontolnya menempel dibibir memekku dan masuk perlahan-lahan ke dalam memek ku, terasa seret tapi nikmat. “Oohh.. Nggk… Ahhh”, desisku ketika seluruh kontolnya amblas. Lalu ia mulai melakukan gerakan erotisnya. Nikmat sekali. Dan aku cepat sekali nyampe dalam posisi demikian, sepertinya dijilati dan menjilati merangsang napsuku sedemikian rupa sehingga baru dienjot sebentar saja aku sudah nyampe. Rupanya dia belum mau nyampe.
Lalu ia menyuruh aku berbaring miring. Sementara dia berada dibelakang punggungku. Aku segera menekuk kedua lututku. Dan membiarkan dia mencobloskan kontolnya ke dalam memekku. Nikmat sekali, dia mahir dengan macem2 gaya yang nikmat rupanya. Dalam posisi demikian tangan kanannya leluasa meremas-remas toket ku dari belakang. Hentakan kontolnya makin lama makin keras dan cepat. Aku tahu kalau dia hampir ngecret. “Nes, ku mau ngecret dimulutmu lagi”, katanya. “Kenapa mas, kan lebih enak ngecret dimemekku”, jawabku. Dia menghentikan gerakannya. Lalu aku mencabut kontolnya dari memekku. Dan dengan gesit akupun berlutut disampingnya. Dia tersenyum. Aku segera menjilati kontolnya yang berlendir itu. Lalu kuisap-isap kontol yang keras dan berurat itu. “Ooh.. Nggkk..Aakk”, erangnya keenakan. Aku semakin mempercepat gerakan kepala ku naik turun, beberapa kali dia mengerang sembari mengeliat, tapi belum ngecret juga. Lalu aku membasahi telunjuk tangan kiriku dengan ludahku, setelah itu kucucukan telunjuk jari ku itu ke dalam pantatnya.
Tampak tubuhnya sedikit tersentak ketika aku menekan jariku lebih dalam lagi kelobang pantatnya. Rupanya dia merasakan nikmat luar biasa dengan isapanku pada kontolnya dan sodokan jari ku di pantatnya. Hingga, “Aaahh… Aaakkhh”, dia mengerang hebat bersamaan dengan menyemburnya pejunya dalam mulutku. Crott.. Croot, banyak sekali sehingga kembali meleleh keluar dari mulutku. pejunya ku telan. Lalu aku mengeluarkan kontolnya dari dalam mulutku. Tampak sedikit sisa-sisa pejunya masih keluar. Dan aku segera menyapunya dengan lidahku. “Hebat… Hebat sekali kamu Nes.” pujinya, aku hanya tersenyum saja.